LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara Praktikum : Peranan Zat Pengatur Tubuh Sebagai Herbisida
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi 2,4-D sebagai herbisida.
B. Pembahasan
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma. Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopati, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan pengganggu tanaman (Hasyim, 2010).
Auksin sintetis, seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara meluas sebagai herbisida tumbuhan. Monocotyledoneae, misalnya jagung dan rumput lainnya dapat dengan cepat menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan tanamannya mati karena terlalu banyak dosis hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia ataupun padang rumput dengan 2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar seperti dandelion (Hasyim, 2010). Efektivitas pemberian herbisida antara lain ditentukan oleh dosis herbisida. Dosis herbisida yang tepat akan dapat mematikan gulma sasaran, tetapi jika dosis herbisida terlalu tinggi maka dapat merusak bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan (Nurjannah, 2003).
Herbisida dibagi menjadi dua yaitu herbisida kontak dengan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang) (Hasyim, 2010).
Herbisida berbahan aktif 2,4 dimetilamina (2,4 D) merupakan jenis herbisida yang selektif untuk pertanaman padi, bersifat sistemik artinya dapat bergerak dari daun dan bersama proses metabolisme ikut kedalam jaringan tanaman sasaran (Anonim, 2005). Herbisida jenis ini mampu mengendalikan gulma berdaun lebar maupun teki tekian (cyperaceae), serta beberapa gulma berdaun sempit meski kadang cenderung kurang efektif. Penggunaan herbisida 2,4 D pada 2 minggu setelah tanam dan disusul dengan penyiangan secara manual sebanyak 2 kali pada padi gogorancah di Jeneponto telah berhasil menekan gulma (Napu dan Muhammad, 2006).
Tanggap gulma terhadap herbisida memang sangat tergantung pada jenis herbisidanya serta fase pertumbuhan gulma juga sangat berpengaruh. Meski secara teori herbisida jenis 2,4 D memang sangat toksis hanya pada gulma berdaun lebar dan jenis teki (Rukmana dan Sugandi, 1999), namun kenyataan menunjukkan bahwa dengan dosis yang tepat serta waktu aplikasi yang juga tepat dapat menekan pertumbuhan beberapa gulma berdaun sempit utamanya pada gulma sawah seperti E.crus-galii dan E.colonum, meski tidak secara tuntas namun mampu menekan pertumbuhan gulma (Kadir, 2007).
Efektvitas aplikasi herbisida padi jenis 2,4 D memang lebih baik pada awal pertumbuhan gulma sementara tanaman padi juga dalam pertumbuhan yang aktif. Karena bagaimanapun sesuai sifat dari herbisida jenis ini yaitu merupakan herbisida yang terbuat dari asam organic yang berasal dari ionisasi asam dan garam, Pertama-tama gugus ester dalam rantai carbon dihidrolisa menjadi asam dan garam baik dalam tumbuhan maupun dalam tanah kemudian mengalami ionisasi dan menjadi senyawa auksin yang dapat mempengaruhi metabolisme tumbuhan, sehingga salah satu masalah yang mungkin timbul adalah munculnya efek samping pada tanaman bukan sasaran (Anonim, 2005).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian herbisida 2,4-D memiliki efek positif dalam memberantas gulma berdaun lebar.
2. Herbisida dengan dosis tertentu tidak hanya dapat membunuh gulma berdaun lebar tetapi juga dapat membunuh gulma berdaun sempit.
Daftar Referensi
Anonim .2005. Majalah Pertanian Abdi Tani, Volume 6 No.2/ Edisi XXIII April – Juni. PT TSP, Surabaya.
Hasyim, B. I. 2010. Artikel Jenis Herbisida. http://herbisida.com. Diakses april 2010.
Kadir, Muhammad. 2007. Efektivitas Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Herbisida 2,4 Dimetilamina Terhadap Gulma Echinocloa colonum, Echinocloa cruss-galli, dan Cyperus iria pada Padi Sawah. Jurnal Agrisistem 3 (1).
Napu, MB. dan H. Muhammad, 2006. Pengkajian cara pengendalian gulma dalam budidaya padi gogorancah. Jurnal pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian 9 (1): 29 – 36.
Rukmana, R. dan S. Saputra, 1999. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
Uswatun, Nurjannah. 2003. Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat dan 2,4-D Terhadap Pergeseran Gulma dan Tanaman Kedelai Tanpa Olah Tanah. ISSN 1411-0067. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 5. No.1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar