Selasa, 21 Desember 2010

dominansi apikal

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II
Acara Praktikum : Dominansi apikal
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh IAA terhadap pertumbuhan tunas lateral


Hasil dan Pembahasan :
A. Hasil
Tabel hasil pengamatan pertumbuhan tunas lateral
ZPT Konsentrasi (ppm) Jumlah biji yang berkecambah pada hari ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
IAA 0 - - - - - - - - - - - - - -
1 - - - - - - - - - - - - - -
1,5 - - - - - - - -      
2 - - - - - - - - - - - - - -
IBA 0 - - - - - - - - - -    
1 - - - - - - - - - - - -  
1,5 - - - - -         
2 - - - - - - - - - - - - - -

B. Pembahasan
Dominansi apikal merupakan suatu proses penghambatan pertumbuhan sepenuhnya atau hampir sepenuhnya pada tunas-tunas axillari, atau lateral dengan terdapatnya tunas apikal. Dominansi apikal terjadi dengan adanya penghambatan pertumbuhan sari satu pucuk dengan terdapatnya tunas dominan lainnya. Efek-efek bagian apikal dari pucuk terhadap orientasi dan perkembangan organ-organ lateral seperti misalnya cabang, daun, rhizoma, dan stolon (Wilkins, 1989)
Berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan dominansi apikal dapat diketahui bahwa zat pengatur tumbuh (IAA dan IBA) dapat menghasilkan terjadinya tunas apikal. Data menunjukkan bahwa tanaman cabai yang diberi IBA lebih cepat terbentuk tunas lateral daripada tanaman cabai yang diberi perlakuan IAA. Konsentrasi IBA yang paling cepat untuk menumbuhkan tunas lateral adalah konsentrasi 1,5 ppm. IAA diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam tumbuhan yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif. Sedangkan, IBA merupakan derivat dari IAA berupa auksin sintetis (Hoesen dan Priyono, 2000). Auksin berperan dalam proses pertumbuhan tanaman vaskuler. IBA yang dimasukkan ke dalam jaringan tanaman akan cepat diubah menjadi peptide-peptida dengan asam aspartat atau glutamate dan menjadi glukosil eter (Wilkins, 1989). Perlakuan kombinasi IAA dengan GA pada semua konsentrasi perlakuan, kemungkinan GA akan menghambat pembentukan enzim IAA oksidase, sehingga oksidasi IAA akan terhambat atau memacu pembentukan asam amino tryptophan yang berfungsi sebagai prekusor IAA, sehingga jumlah IAA dalam jaringan akan meningkat sedikit melebihi optimal, kira-kira diantara 30 pm sampai 50 ppm (Darmayanti, 2009).
Ujung batang daun-daun muda yang mengalami dormansi akan menyebabkan tingginya kandungan auksin di tempat tersebut. Tingginya kandungan auksin tersebut akan dialirkan secara difusi ke organ-organ lain sehingga tunas lateral akan terhambat pertumbuhannya. Jika pucuk batang dipotong akan muncul tunas lateral. Mekanisme terbentuknya tunas lateral adalah karena adanya pemotongan pucuk batang sehingga aliran auksin ke bawah akan terhambat sehingga akan tumbuh tunas ke samping yang disebut tunas lateral (Rismunandar, 1988).
Dominansi apikal mengontrol pertumbuhan tunas dalam tahap perkembangan vegetatif pada tanaman vaskuler dan tahap juvenil pada tanaman berkayu. Siklus musiman untuk pertumbuhan dan dormansi terjadi di seluruh tunas pada tanaman berkayu. Misalnya, pada akhir musim tanam, tanaman perenial akan mengalami dormansi ketika suhu meningkat. Strategi ini digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu, suhu lingkungan akan mempengaruhi dominansi apikal dan pertumbuhan tunas-tunas axillari pada tanaman (Shimizu-Sato dan Mori, 2001).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui :
 Mengiduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambila ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar.
 Mempengaruhi metabolisme RsNA yang berarti metabolisme protein mungkin melalui trasnkripsi molekul RNA.
 Memacu terjadinya dominansi apikal.
 Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Catala, 2000,).
Menurut Wattimena (1987), faktor dari dalam mempengaruhi terjadinya dominansi apikal adalah zat pengatur tumbuh, faktor genetik, faktor lingkungan, dan dipengaruhi pula oleh usia fisiologis dari tanaman itu sendiri.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Zat pengatur tumbuh jenis IBA lebih cepat menumbuhkan tunas lateral dibandingkan dengan IAA.
2. Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang paling cepat dalam menumbuhkan tunas lateral adalah IBA 1,5 ppm.

Daftar Referensi
Catala, C., Rose, J.K.C., Bennett, A.B., 2000. Auxin-Regulated Genes Encoding Cell Wall-Modifying Proteins are Expressed During Early Tomato Fruit Growth-Plant. Physiol 122 : 527 – 534.

Darmayanti, S. 2009. Struktur dan Perkembangan Daun Acalypha indica L Yang Diperlakukan Dengan Kombinasi IAA dan GA Pada Konsentrasi Yang Berbeda. ISSN: 1410-8801. Vol. 11, No. 1, Hal. 40-45

Hoesen, D. S. H. dan S. H. Priyono. 2000. Peranan zat pengatur tumbuh IBA, NAA, dan IAA pada perbanyakan amarilis merah (Amaryllidaceae). Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Kebun Raya Bogor, 5 November 2000.

Rismunandar. 1988. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta
Shimizu-Sato, S. dan H. Mor. 2001. Control of outgrowth and dormancy in axillary buds. Plant Physiology 127 : 1405 – 1413.
Wattimena, G.A. 1987. Zat Pengatur Tumbuh. PAU Bioteknologi IPB, Bogor.
Wilkins, M.B. 1989. Fisiologi Tumbuhan. Bumi Aksara, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar