Chemoreseptor merupakan alat indera yang bereaksi terhadap zat-zat kimia, antara lain pakan. Chemoreseptor digunakan untuk mengenali stimulus yang berasal dari sumber yang jauh dari tubuh, alat itu berupa rambut-rambut pada antenulla dengan nilai ambang yang sangat rendah. Chemoreseptor menurut Gordon (1982), berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, mengenal satu sama lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (mating), dan mendeteksi adanya musuh. Hanya dengan stimulus berupa gas berkonsentrasi rendah, chemoreseptor telah dapat mengenali (Ville et al., 1988).
Hasil percobaan yang dilakukan juga menyatakan bahwa udang melakukan gerakan flicking, wipping, withdraw, rotasi dan mendekati pakan. Gerakan flicking, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan antennula ke depan, dan gerakan tersebut berfungsi dalam mencari atau mendekati pakan. Gerakan wipping, yaitu gerakan pembersihan antennula, dimana gerakan tersebut berfungsi dalam pembersihan setelah mendapatkan makanan atau setelah memakan pakan. Gerakan withdraw, yaitu gerakan dimana udang melakukan gerakan pelucutan ke belakang, dimana gerakan tersebut berfungsi untuk melawan atau menghindari musuh yang akan mendekatinya, sedangkan gerakan rotation, yaitu gerakan pemutaran antennula yang berfungsi untuk mencari sensor kimia. Frekuensi flicking, dipengaruhi oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, dan rangsangan mekanik (Gordon et al.,1982).
Udang dapat melakukan gerakan antenulla yang meliputi gerakan flicking (pelecutan ke depan), wipping (pembersihan), withdraw (pelecutan ke belakang) dan rotation (memutar). Menurut Pearson (1983), frekuensi flicking/pelecutan dipengaruhi oleh oleh keadaan fisiologis udang seperti parameter sensori berupa kimia, cahaya, osmotik dan tekanan mekanik. Rotasi antena berupa pergerakan dari bagian proksimal ke bagian medial. Biasanya antenulla mengarah pada sisi sama. Pembersihan antenulla berfungsi sebagai chemoreseptor untuk mendeteksi senyawa kimia. Udang menggunakan antenullanya untuk mendeteksi zat kimia dan makanan, kemoreseptor sangat dibutuhkan bagi hewan akuatik, misalnya antenulla pada udang yang paling tidak bisa memabntu proses geraknya (Goldman, 2002).
Gambar Morfologi Udang
Keterangan:
1. Antennula
2. Rostrum
3. Mata
4. Thoraks
5. Abdomen
6. Scapocerix
7. Antena
8. Periopod
9. Pleopod
10. Uropod
11. Telson
Mekanisme pakan sampai kepada organ chemoreseptor udang adalah makanan yang masuk kedalam akuarium akan berdifusi kedalam air dalam bentuk ion-ion. Ion-ion terbentuk karena penguraian dari pelet setelah masuk ke dalam air. Ion-ion itu diterima antennula yang kemudian dirubah menjadi stimulus yang akan ditransfer ke otak oleh neuron efferent dan otak akan menanggapinya melalui kerja dari efferent. Organ reseptor kemudian akan melakukan gerakan yang sesuai dengan informasi (Storer, 1957). Faktor yang mempengaruhi udang mendekati pakan antara lain berupa sensori berupa kimia, cahaya, osmotik, rangsangan mekanik dan adanya chemoatractant yang dikeluarkan oleh pelet/pakan. Chemostimultan yang dimasukkan pada lingkungan yang terkontrol untuk beberapa spesies Crustaceae, mampu memacu perilaku makan, dan dalam kondisi alami, udang menunjukan respon rangsangan pada campuran kimia yang sangat sinergis (Harpaz,1990).
Menurut Saktiyono (1989), menyatakan bahwa pakan yang diberikan berpengaruh terhadap cepat lambatnya respon. Semakin banyak pakan semakin cepat stimulus tersebut direspon oleh udang. Antennula udang sangat sensitif terhadap aroma dari molekul kimia yang dikeluarkan oleh pakan. Rangsang yang berupa aroma pakan diterima antennula yang didalamnya terdapat rambut-rambut sensori yang berfungsi sebagai reseptor. Reseptor akan menerima dan menghantarkan rangsangan melalui urat saraf dan tanggapan akan diberikan oleh alat tubuh yang disebut efektor.
Efektor akan menimbulkan efek berupa aktivitas dalam menemukan pakan. Udang melakukan pelucutan antennula secara terus menerus. Frekuensi dipengaruhi oleh keadaan fisiologis seperti parameter sensorik berupa kimia, cahaya, osmotik dan rangsangan mekanik. Rotasi antennula berupa pergerakan dari bagian proksimal kebagian medial dan pembersihan diri yang terjadi jika ada rangsang yang ditimbulkan oleh aesthecs (Storer, 1957).
Menurut Roger (1978), menyatakan bahwa terdapat selang waktu udang dalam melakukan pelucutan antennula. Selang waktu yang terdapat pada setiap gerakan yang terjadi digunakan untuk melakukan gerakan pelucutan antennula yang lain. Aktifitas dari pergerakan ini disebut aktivitas asimetris dan gerakan dari antennula udang tidak selalu berurutan dari flicking sampaii mendekati pakan.
Menurut Harpaz (1990), sel chemoreseptor pertama terdapat pada udang air tawar. Periopod pertama kali diselidiki menggunakan unit tunggal elektrofisiologi ekstaseluler. Sel yang merespon adanya sari-sari makanan yang mengandung air seperti udang, ikan mullet dan semacam ikan air tawar yang mengandung suatu campuran garam, amino cuka (L-arginin HCL, taurin) dan ammonium clorida. Perbedaan antara antena dan antennula terletak pada fungsi dan strukturnya dimana antennula berfungsi sebagai organ chemoreseptor dan ukurannya pendek, sedangkan antena sebagai organ pembau serta lebih panjang. Antennula mempunyai beberapa fungsi yaitu alat untuk mencari dan menemukan pakan, mengetahui posisi tubuh, sebagai indera penciuman dan sebagai media komunikasi antar hewan yaitu menangkap stimulasi kimia beberapa kheromon dari lawan jenis (Roger, 1978).
Urutan makan pada udang menurut Harpaz (1990), adalah sebagai berikut:
1. Gerak melucutkan antennula dengan cepat dan kasar;
2. Gerak membersihkan antennula dengan cara mengarahkan antennula ke ventral diantara maxilliped dan terus bergerak dari pangkal antennula;
3. Antennula dilucutkan dengan cara menarik kebelakang dan menyentakkannya ke depan;
4. Antena dan antennula mengorientasikan langsung kesasaran;
5. Chephalotorak dengan periopoda diangkat setinggi-tingginya;
6. Gerakan menyapu dan menyusup antena, kadang diikuti gerakan melingkar dari antennula;
7. Periopoda pertama mencari substrat dengan chela dan membawanya kedalam mulut.
Perlakuan pada udang antara lain ablasi antennula, ablasi mata, ablasi total (mata dan antennula) dan normal sebagai kontrol. Pengamatan dilakukan 2x15 menit di ruang gelap, hal ini dilakukan karena udang bersifat (nocturnal) atau aktif begerak dalam keadaan minim cahaya/malam hari (nocturnal). Hasil percobaan yang dilakukan, pada udang normal (kontrol) gerakan flicking, wipping, withdraw, rotasi dan mendekati pakan mendominasi gerak antenulla, hal ini terjadi pada 15 menit pertama dan kedua. Perlakuan ablasi total dan ablasi antenulla, tidak terjadi gerakan karena organ yang berfungsi sebagai reseptor sudah hilang (Radiopoetro,1977). Berdasarkan pengamatan kami, perlakuan ablasi mata dan ablasi antennula tidak terjadi gerakan antennula karena antennula telah dipotong.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Udang air tawar mempunyai organ chemoreseptor yaitu antenulla yang berfungsi untuk mendeteksi adanya pakan.
2. Udang dapat melakukan gerakan antennula wipping, flicking, withdraw dan rotation.
B. Saran
Saat mengablasi udang harus segerah dimasukan ke dalam akuarium sebab bila terlalu lama udang akan stres dan mati. Saat mengamati harus benar-benar jeli karena cahaya terlihat hanya dari senter saja. Sebaiknya sebelum praktikum harus mengetahui gerakan-gerakan antenula udang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar