Indonesia sebagai daerah tropis merupakan sumber yang sangat potensial ditemukannya spesies baru. Banyak pakar yang menduga bahwa daerah tropis memiliki lebih dari separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia, dan dengan demikian diduga sebagai sumber terkaya ditemukannya berbagai jenis makroorganisme baru (Gandjar, et al., 2006). Indonesia juga merupakan Negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa yang menjadikan negeri ini sebagai negeri tropis yang sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayati. Sebagai negeri yang memiliki hutan hujan tropis, Indonesia seperti daerah lainnya mempunyai kondisi lingkungan yang basah dan lembab, dan kondisi ini sangat cocok bagi pertumbuhan banyak makroorganisme, termasuk makroorganisme dari jenis jamur (Suharna, 1993).
Jamur berperan sabagai dekomposer bersama-sama dengan bakteri dan beberapa jenis protozoa yang sangat banyak membantu dalam proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan. Dengan demikian jamur ikut membantu menyuburkan tanah dengan menyediakan nutrisi bagi tumbuhan sehingga hutan tumbuh dengan subur dan menjadi lebat. Beberapa jenis jamur juga bersifat parasit pada tumbuhan atau hewan. Sementara jamur yang lain berasosiasi saling menguntungkan (mutualistik) dengan tumbuhan ataupun dengan hewan (Suharna, 1993).
Mengetahui keanekaragaman jenis jamur pada alam dilakukan isolasi dan identifikasi. Identifikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting mengingat banyak jenis jamur belum diketahui jumlah dan jenisnya. Jumlah spesies jamur yang
sudah diketahui hingga kini hanya kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia. Dipastikan bahwa Indonesia yang sangat kaya akan diversitas tumbuhan dan hewannya juga memiliki diversitas jamur yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang mendukung pertumbuhan jamur (Rifai, 1995).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).
Pengumpulan jamur dilakukan dengan melakukan eksplorasi di lapangan, selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label. Pembuatan herbarium merupakan suatu aktifitas pengawetan jamur untuk keperluan penelitian lebih lanjut. Fungsi dari herbarium adalah membantu identifikasi jamur lainnya yang sekiranya memiliki persamaan cirri-ciri morfologinya. Dengan kata lain, herbarium merupakan jamur yang diawetkan yang nantinya dapat dijadikan perbandingan dengan jamur yang akan diidentifikasi.
Herbarium memiliki dua jenis yang cukup dikenal yaitu herbarium basah dan herbarium kering. Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi di habitat aslinya. Sedangkan herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeeringan, namun tetap terlihat cirri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah melakukan koleksi jamur makroskopis yang di dapat dari alam sesuai lokasi yang ditentukan (herbarium basah atau herbarium kering), melakukan identifikasi jamur yang didapat tersebut (bila mungkin hingga spesies), melakukan penggolongan jamur yang didapat, mengenal struktur jamur yang didapat.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu larutan formalin 40 % (10 ml), alcohol 50 % (100 ml), asam asetat glacial (10 ml), jamur liar yang ditemukan dan akuades. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu oven, label, amplop, botol bening sebagai tempat herbarium basah.
B. Metode
1. Koleksi
Pembuatan herbarium basah
a) Jamur yang ditemukan dicuci dengan akuades sampai bersih
b) Jamur yang telah dicuci kemudian dimasukan ke dalam botol dan direndam dengan larutan FAA (formalin asam asetik glasial alcohol) kemudian diberi label.
Komposisi FAA : formalin 40% 10 ml, alcohol 50% 100 ml, asam asetat glacial 10 ml.
Pembuatan herbarium kering
Jamur yang ditemukan dicuci dengan akuades kemudian dimasukan ke dalam amplop kemudian diberi label dan di oven dengan suhu maksimal 60ÂșC.
2. Identifikasi
Morfologi yang diamati :
a) Bentuk dan warna tudung
b) Permukaan tudung
c) Tipe tudung
d) Letak stipe
e) Bentuk stipe
f) Tipe lamella
g) Ada atau tidaknya lamella atau porus.
Substrat
a) Tanah
b) Kayu hidup atau mati
c) Serasah daun
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Table 1. Herbarium basah dan Herbarium Kering
Herbarium basah Herbarium kering
1. Mycena galericulata 1. Fomitopsis pinicola
2. Auricularia auricula 2. Ganoderma lucidium
3. Grifola frondosa
Identifikasi jamur pada herbarium basah :
1. Spesies: Mycena galericulata
• Bentuk dan warna tudung : entire dan coklat
• Permukaan tudung : smooth
• Tipe tudung : entire
• Letak stipe : konsentris
• Bentuk stipe : silindris
• Tipe lamella : tidak memiliki
• Ada atau tidaknya lamella atau porus. : porus
• Substrat : kayu
2. Spesies Auricularia auricular
• Bentuk dan warna tudung : flat dan coklat
• Permukaan tudung : smooth
• Tipe tudung : lobed
• Letak stipe : tidak ada
• Bentuk stipe : tidak ada
• Tipe lamella : tidak memiliki
• Ada atau tidaknya lamella atau porus. : porus
• Substrat : kayu
B. Pembahasan
Indonesia merupakan Negara tropis dengan keragaman hayati yang besar (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati yang ada ini meliputi keanekaragaman tumbuhan mulai dari tingkat rendah (tumbuhan yang tidak memiliki klorofil) sampai tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan yang memiliki klorofil). Sebagai daerah tropis, wilayanh Indonesia merupakan wilayah yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme seperti jamur. Jamur merupakan tumbuhan tingkat rendah, dimana dalam kehidupannya akan selalu menjadi parasit atau saprofit bagi organisme atau benda lain.
Keragaman jamur yang melimpah di alam harus dilakukan identifikasi agar diketahui seberapa banyak jamur yang kita miliki. Koleksi jamur-jamur yang berada di alam adalah langkah awal dalam mengidentifikasi jamur. Identifikasi adalah penetapan organisme dalam klasifikasi yang diberi nama sesuai dengan nomenklatur. Hasil yang didapat pada praktikum koleksi dan identifikasi jamur sebanyak 5 jenis jamur yaitu Mycena galericulata, Auricularia auricular, Fomitopsis pinicola, Grifola frondosa, Ganoderma lucidium.
Jamur adalah kelompok besar jasad hidup yang termasuk ke dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang tidak mempunyai pigmen hijau daun (klorofil). Jamur berinti, berspora, berupa sel, atau benang, bercabang- cabang dengan dinding sel dari selulosa atau kitin atau keduanya. Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Smith, et al., 1988).
Beberapa karakteristik umum dari jamur yaitu jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil sehingga cara hidupnya sebagai parasit atau saprofit. Tubuh terdiri dari benang yang bercabang-cabang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, berkembang biak secara aseksual dan seksual (Alexopoulus dan Mimms, 1979). Macam-macam jamur yang ditemukan pada saat praktikum adalah:
1. Famitopsis pinicula:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Famitopsidae
Genus : Formitopsis
Spesies : Fomitopsis sp
Fomitopsis pinicola merupakan jamur yang tidak dapat dimakan karena jamur ini berkayu sehingga terlalu keras untuk dijadikan makanan. Formitopsis memiliki peranan penting dalam proses pelapukan kayu jenis conifer dan dikenal sebagai perusak kayu (Andrian, 2009).
2. Ganoderma lucidum
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma sp
Ganoderma lucidum merupakan medicinal mushroom karena tubuh buah mengandung lebih dari 2000 senyawa aktif yang dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama, yakni 30% senyawa larut dalam air, 65% senyawa dalam pelarut organic, dan 5% senyawa volatile (Andrian, 2009).
3. Grifola frondosa
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : meripilaceae
Genus : Grifola
Spesies : Grifola frondosa
Grifola frondosa merupakan jamur polyporus yang habitatnya di dasar kayu, hidupnya berkelompok seperti particular oaks. Di cina dan jepang jamur ini digunakan untuk pengobatan tradisional berupa herbal yang sama dengan medicinal mushroom,membantu menyeimbangkan system pertahanan tubuh yang berubah menjadi normal kembali, (Anrdian, 2009).
4. Mycena galericulata
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricolomataceae
Genus : Mycena
Spesies : Mycena galericulata
Mycena galericulata merupakan jamur edible tetapi belum dibudidayakan. Mycena galericulata memiliki persamaan warna dengan spesies lainnya, tetapi dapat dibedakan berdasarkan pelunturan warna cokelat kemerah-merahan akibat pertumbuhan( Andrian, 2009).
5. Auricularia sp
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agaricomycetes
Ordo : Auriculariales
Family : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia sp.
Jamur kuping salah satu jamur yang dapat dikonsumsi. Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental. Lendir ini dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol (Andrian, 2009).
Herbarium merupakan suatu specimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan diawetkan melelui metode tertentu. Menurut Wibowo dan Abdullah (2007), larutan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Formalin 40% (10ml)
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40% dari formaldehid. Bahan ini digunakan sebagai antiseptic, germisisda, dan pengawet.
2. Alkohol 50%(100ml)
Alkohol dapat digunakan sebagai pengawet untuk koleksi hewan maupun tumbuhan yang berukuran kecil.
3. Asam Asetat Glasial(10ml)
Asam asetat glacial digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilakan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar(40%-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi mmonomer vinil asetat.
Praktikum ini juga mengamati preparat melintang dari Ganoderma lucidum antara lain:
1. potongan membujur bagian bawah
2. potongan membujur bagian atas
3. potongan melintang bagian atas
Kutis merupakan kumpulan hifa yang terdiferensiasi, sedangkan tabung berisi hymelium yang di dalamnya terdapat basidiospora. Hifa memiliki 3 macam yaitu (1) hifa generatif, hifa yang mampu melakukan reproduksi dan menghasilkan basidiospora. Berdinding tipis berseptat dan bercabang. (2) hifa binding, hifa yang bercabang yang berfungsi untuk menyatukan hifa satu dengan hifa lainnya. (3) hifa skeletal, hifa yang tidak bercabang dan berfungsi untuk memperkuat basidiocarp. Hifa monomitik, hanya memiliki 1 jenis hifa yaitu hifa generatif. Hifa dimitik, memiliki 2 jenis hifa yaitu hifa binding dan skeletal. Hifa trimitik, hifa yang memiliki ketiga jenis hifanya yaitu hifa generatif, skeletal dan binding.
Harusnya ada dafren atau dapusnya dnkkk,,, biar tau ini infonya dari buka ajudul apa dan karangan siapa,,,,,,,,,,,,,,,,,,
BalasHapusSudah ada kutipan.. Dapus cari sendiri yaa di perpus..(: Terimakasih
BalasHapus