Jamur sejak lama sudah dapat menarik perahatian masyarakat selain dari ekonomis, enak dan juga berkhasiat. Adanya permintaan tinggi mengakibatkan jamur sulit didapat secara alami. Budidaya jamur dianggap solusi yang dapat memenuhi permintaan akan jamur. Budidaya jamur kebanyakan menggunakan serbuk kayu sebagai substratnya dengan kandungan selulosa yang tinggi.
Serbuk kayu dapat dimanfaatkan agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai media tanam bagi pertumbuhan jamur. Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung serat organik (selulosa, serat dan lignin). Kandungan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan jamur.
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur ada yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Jamur yang merugikan adalah berbagai jenis jamur penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya jamur yang menyebabkan keracunan saat dikonsumsi dan jamur yang menyebabkan kayu cepat lapuk. Jamur yang menguntungkan adalah berbagai jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya jamur yang berperan dalam pembuatan tempe, tape dan kecap. Jamur lain yang termasuk jenis jamur yang menguntungkan adalah jamur konsumsi seperti jamur kuping, jamur merang, dan jamur tiram. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur yang memiliki kandungan protein tertinngi dari ketiga jenis jamur tersebut (Parjimo, 2007). Ganoderma lucidum juga merupakan salah satu jenis jamur yang menguntungkan yang dapat digunakan sebagai antibiotik.
Baik jamur tingkat rendah maupun jamur tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang yang padat menjadi satu, hidupnya heterotrop (Dwidjoseputro, 1987; Tarigan, 1998). Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau berupa beberapa sel yang bergandengan dan dapat berupa benang. Sehelai benang itu disebut ”hifa”. Hifa jamur ada yang bersekat-sekat. Pada umumnya hifa ini menghasilkan alat-alat perkembangbiakan yang disebut spora (Heddy, 1987).
Jamur tiram putih merupakan jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram putih mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan jenis jamur lain. Jamur tiram putih memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe atau stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 cm -15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Tangkainya dapat pendek atau panjang (2cm-6cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya (Nunung, 2001).
Ganoderma lucidum (G. lucidum) adalah jenis tanaman obat yang sudah sangat dikenal luas penggunaannya di kalangan masyarakat, bahkan G. lucidum dinamakan sebagai Raja Herbal. G. Lucidum merupakan fungi golongan Basidiomycetes, tidak berlamela dan termasuk famili Polyporaceae. Habitat aslinya, G. lucidum tumbuh dalam hutan lebat di pegunungan dengan kelembaban tinggi. Tanaman ini lebih dikenal dengan jamur kayu atau jamur merah oleh masyarakat Indonesia.
Perkembangan jamur memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia, misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalsium dan karbon. Faktor lain yang mendukung pertumbuhan jamur adalah pH, kelembaban, suhu, cahaya matahari dan kandungan air. Tahapan dalam membudidayakan jamur adalah mengisolasi tubuh buah, pembuatan media bibit, inokulasi isolat ke media bibit, pembuatan media baglog, penginokulasian ke dalam baglog, pemeliharaan, dan pemanenan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum budidaya jamur adalah untuk mengetahui tahap-tahap budidaya jamur dan dapat mengaplikasikan tahap-tahap budidaya jamur.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum budidaya jamur adalah cawan, LAF (Laminar Air Flow), pinset, pisau, botol, cling wrap, plastik, nampan, ring, karet, sprayer.
Bahan yang digunakan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), Ganoderma lucidum, PDA (Potato Dextrose Agar), streptomysin, biji jagung giling, biji kacang hijau giling, milet, dedak, CaCO3, serbuk kayu, alkohol 70% dan akuades.
B. Metode
Isolasi Tubuh Buah
1. Media isolat PDA diberi antibiotik sebanyak 3 tetes.
2. Media isolat PDA dituangkan ke dalam cawan dan ditunggu memadat.
3. Jamur tiram putih dan jamur kayu dipotong dengan menggunakan pisau dibagian yang ditentukan.
4. Jamur yang telah dipotong dimasukkan ke dalam alkohol 70% dan dimasukkan ke dalam akuades kemudian tiriskan.
5. Jamur yang sudah steril dimasukkan ke dalam media PDA cawan dan wrapping.
6. Diamati pertumbuhannya.
Pembuatan Media Bibit
1. Biji jagung giling atau biji kacang giling atau milet, dedak, CaCO3, serbuk kayu dicampurkan dalam baskom.
2. Ditambah air secukupnya.
3. Media di masukkan ke dalam botol kemudian disterilisasi.
Inokulasi Isolat ke Media Bibit
1. Isolat jamur diambil dengan menggunakan ose L kemudian diinokulsikan ke dalam media bibit yang sudah disterilisasi.
2. Diamati pertumbuhan pertumbuhan miseliumnya
Pembuatan Baglog
1. Serbuk kayu, dedak, CaCO3, kapur dicampurkan.
2. Diberi air secukupnya.
3. Dimasukkan ke dalam plastik.
4. Disterilisasi.
Inokulasi Bibit ke Media Baglog
1. Lingkungan harus aseptis.
2. Baglog dibuat lubangan kecil ditengah atasnya.
3. Masukkan bibit 4 sendok kecil ke dalam lubangan tersebut.
4. Tutup baglog dengan kertas dengan penyangga ring dan ikat dengan karet.
5. Inkubasi hingga miselium memenuhi seluruh baglog.
6. Diamati pertumbuhannya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Pertumbuhan Jamur Ganoderma lucidum Pada Botol
Kelompok Tanggal
1 November 2010 3 November 2010 8 November 2010
1 1,1 cm 1,45 cm 4,275 cm
2 0,425 cm 0,775 cm 4,225 cm
3 - 1,8 cm 3,925 cm
4 0,475 cm 0,775 cm 1,525 cm
5 1 cm 2 cm 4,874 cm
Tabel 2. Pengamatan Pertumbuhan Jamur Pleurotus ostreatus Pada Botol
Kelompok Tanggal
1 November 2010 3 November 2010 8 November 2010
1 0,5 cm 1,75 cm 4,825 cm
2 0,275 cm 2,125 cm 3,375 cm
3 - 2,425 cm 7,225 cm
4 0,85 cm 2,025 cm 4,875 cm
5 - 1,5 cm 2,95 cm
B. Pembahasan
Jamur tiram di alam bebas bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Budidaya jamur tiram dapat digunakan substrat, seperti kompos serbuk gergaji kayu, ampas tebu atau sekam. Hal yang perlu diperhatikan dalam budi daya jamur tiram adalah faktor ketinggian dan persyarataan lingkungan, sumber bahan baku untuk substrat tanam dan sumber bibit. Miselium dan tubuh buahnya tumbuh dan berkembang baik pada suhu 26-30 °C. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mulai dibudidayakan pada tahun 1900. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipeliharan dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik (Wikipedia.com).
Media tanam Pleurotus ostreatus yang sering digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10% dan kapur 1%. Fungsi dari jerami adalah sebagai bahan dasar dari pertumbuhan jamur. Jerami mengandung lignin, selulosa, karbohidrat, dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian dapat digunakan untuk sintesis protein. Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur. Dedak dan kapur merupakan bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus. Dedak ditambahkan pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Kapur merupakan sumber kalsium bagi pertumbuhan jamur. Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur (Wikipedia.com).
Selain jerami, ada beberapa media lain yang dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah padi, dan lain sebagainya. Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada di media serbuk gergaji dan merang. Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang memang lebih tinggi. Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 – 7,0). Selain itu, kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang atau akar jamur agar tidak muda rontok. 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi (Wikipedia.com).
Hasil dari praktikum ini adalah pertumbuhan yang cepat pada jamur P. oestreatus dan pada media millet yaitu dengan panjang 7,23 cm. Millet ini telah mendapatkan perlakuan lanjutan yaitu millet dihaluskan terlebih dahulu,. Hal ini sesuai dengan media yang bertekstur halus dan kecil akan lebih mudah didegradasi oleh jamur, sehingga pertumbuhannya akan cepat, karena jamur tersebut akan lebih mudah menyerap nutrisi. Budidaya atau pembudidayaan jamur merupakan usaha menanam atau mengembangkan jamur dalam lingkungan buatan. Jamur dapat tumbuh dengan nutrisi yang sudah tersedia di media dasarnya, akan tetapi pertumbuhan jamur akan lebih baik jika ditambah dengan nutrisi tambahan. Jamur memerlukan sumber nutrisi dalam bentuk unsur-unsur seperti N, P, S, K dan C. Budidaya jamur berfungsi untuk mengembangkan jamur yang hasilnya dapat dikomersilkan (Sunawiria, 2000).
Fungsi dari bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:
1. Jagung, kacang hijau dan millet berfungsi sebagai media dan sumber karbon
2. Serbuk gergaji kayu berfungsi sebagai bahan dasar yang berfungsi sebagai penyubur organik yang kaya akan nitrien selulosa, hemiselulosa dan lignin yang dapat diuraikan oleh jamur dengan bantuan enzim yang dihasilkan menjadi gula sederhana seperti glukosa, kemudian glukosa tersebut dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur.
3. Dedak berfungsi sebagai sumber nutrisi karena mengandung protein 12-13%, karbohidrat 8%, lemak 8,2%, dan vitamin yang dapat mempercepat pertumbuhan miselium.
4. Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber kalsium dan untuk penyangga pH.
5. Air merupakan penyedia oksigen. Kadar air diatur sebanyak 60-65% dengan menambah air bersih, agar dapat tumbuh baik (Ganders, 1982; Winarni dan Rahayu, 2002).
Fator-faktor yang mempengaruhi budidaya jamur adalah bibit jamur antara lain adalah suhu, derajat keasaman (pH), kelembaban ruangan, cahaya, serta konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2).
a. Suhu
Pada umumnya jamur akan tumbuhn pada kisaran temperature antara 22-28°C, untuk daerah Bandung, missal siang hari dalam ruangan, kisaran temperature tersebut dapat dicapai, demikian juga dengan dataran rendah (missal; Jakarta), dengan temperatur di atas 28°C pada siang hari masih dapat tumbuh walaupun agak terhambat dan hasil terbatas (Suriawiria, 2000). Dikemukakan lebih lanjut oleh Cahyana et al. (1999), suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar anatara 22-28°C, sedang suhu pertubuhan berkisar antara 16-22°C.
b. Kelembaban Udara (RH)
Seperti halnya suhu, RH pertumbuhan jamur pada saat inkubasi dan pembetukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban yang dibutuhkan 60-80%, sedang untuk pembentukan tubuh buah 80-90%. Lebih lanjut, Cahyana et al. (1999) menambahkan bahwa pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Namun, apabila suhu terlalu tinggi sedang RH terlalu rendah, maka primordial (bakal jamur) akan kering dan mati.
c. Cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat peka terhadap cahaya, misal cahaya matahari secara langsung. Intesitas cahaya yang diperlukan pada saat pertumuhan sekitar 10%.
d. CO2 dan O2
Miselium dari beberapa jenis Pleurotus ostreatus dapat tumbuhan lebih cepat dengan peingkatan konsentrasi karbon dioksida sampai 22% (Zadradil, 1975 dalam Winarni dan Rahayu, 2002). Namun pembentukan tubuh buah akan terhambat pada konsentrasi karbondioksida yang tinggi. Oksigen dibuthkan untuk proses pembentukan pertumbuhan tubuh buah jamur. Jika kekurangan O2 atau terlalu banyak CO2 di udara maka tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudung jamur menjadi kurang berkembang.
Jamur yang digunakan untuk praktikum budidaya jamur adalah jamur Pleurotus oestreatus dan Ganoderma lucidum. Alasan menggunakan jamur Pleurotus oestreatus adalah, karena jamur tersebut tergolong dalam jamur edible, yang umum dikonsumsi. Pleurotus oestreatus termasuk jamur yang pertumbuhannya cepat. Alasan menggunakan Ganoderma lucidum adalah karena Ganoderma lucidum termasuk golongan jamur medicinal (Anonim, 2009).
Tahapan budidaya jamur adalah:
1. Isolasi tubuh buah
Media PDA di tuang ke cawan petri dan ditambah dengan 3 tetes streptomysin, untuk antimikroba. Bagian tubuh buah dipotong 1x1 cm pada bagian yang ada lamella nya untuk jamur tiram dan porus untuk Ganoderma. Potongan di cuci dengan alkohol, akuades dan di letakkan di atas kertas saring. Diinokulasikann pada media PDA padat, diberi label dan wrapping. Tahapan ini berfungsi untuk mendapatkan media murni.
2. Pembuatan media bibit
Jagung, millet, kacang hijau di rebus hingga setengah matang dan ditiriskan, agar jamur lebih mudah untuk mendegradasi dan mengambil nutrisi. Jagung, millet, kacang hijau masing-masing di campur dengan CaCo3 1 % dan glukosa 0,5% dari bobot total. Dimasukkan dalam botol kultur, ditutup dengan kapas, plastik wrapping dan distrelilisasi.
3. Inokulasi biakan murni ke media bibit
Isolat di ambil sebanyak 2 plug dan diinokulasikan dalam media bibit. Botol kultur di beri garis untuk mengukur miselium. Diinkubasi selama 2 minggu dan dihitung laju pertumbuhannya dengan rumus
4. Pembuatan media baglog
Pembuatan media memakai ¼ resep, yaitu 25 kg, meliputi serbuk kayu albasia, bekatul 2,75 kg, gips 0,5 kg, CaCo3 0,5 kg, kapur 0,5 kg. Dicampur hingga rata dan tambahkan sedikit air. Dimasukkan dalam plastik baglog. Baglog disterilisasi selam 12 jam dan di dinginkan selam 1 hari, berfungsi untuk mematikan mikroba yang terdapat pada media agar jamur dapat tumbuh dengan baik. Baglog yang sudah dingin diinokulasi dengan bibit jamur tiram (Pleurotus sp) dan Ganoderma sp., ditutup dengan cincin bambu, koran dan diikat dengan karet. Baglog di beri garis L1,L2,L3,L4, dan disimpan dalam kumbung, proses ini memerlukan waktu kurang lebih 30-40 hari. Suhu ruang diatur sekitar 22-28oC dengan kelembaban 70-90%. Pertumbuhan tubuh buah diawali dengan membuka Koran pada baglog untuk memberikan oksigen pada tubuh buah. Penyiraman air bersih perlu dilakukan untuk menjaga kelembaban agar jamur dapat tumbuh dengan baik. Suhu dan kelembaban pada saat pertumbuhan tubuh buah dijaga sekitar 20-22oC dan 95-100% (Dwidjoseputro, 1969).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar